KEGIATAN EKONOMI KONSUMEN, PRODUSEN DAN DISTRIBUTOR
I. KONSUMSI
A. Pengertian dan Tujuan Konsumsi
Konsumsi :
-Menghabiskan nilai guna barang/jasa
-Bagian dari pendapatan yang digunakan untuk membeli barang dan jasa
Konsumsi adalah penggunaan barang/jasa yang ditujukan langsung untuk memenuhi hidup.
Contoh : Mobil yang dipakai sendiri disebut barang konsumi, tapi jika mobil tersebut disewakan maka disebut barang produksi.
Tujuan Konsumsi :
1. Mengurangi nilai guna barang/jasa secara bertahap
2. Menghabiskan nilai guna barang/jasa secara sekaligus
3. Memuaskan kebutuhan secara fisik
4. Memuaskan kebutuhan rohani
B. Nilai Barang dan Jasa Konsumen
1. Nilai Pakai, yaitu kemampuan suatu barang/jasa untuk digunakan oleh konsumen. Nilai pakai dibedakan menjadi 2 yaitu :
-Nilai Pakai Objektif, yaitu kemampuan yang dimiliki benda tersebut dapat memenuhi kebutuhan manusia secara umum (mis. baju untuk menutupi tubuh, rumah untuk bernaung)
-Nilai Pakai Subjektif, yaitu kemampuan yang diberikan kepada benda karena benda tersebut dapat dipakai untuk memenuhi kebutuhan secara khusus (mis. cangkul bagi para petani, jala bagi para nelayan)
2. Nilai Tukar, yaitu kemampuan suatu barang untuk ditukar dengan barang lainnya. Nilai tukar dibedakan menjadi 2 :
-Nilai Tukar Objektif, yaitu kemampuan yang dimiliki benda karena benda tersebut dapat ditukar dengan benda lain, nilai tukar objektif ditentukan oleh adanya hubungan tukar-menukar (mis. dalam membuat suatu barang misalnya sepatu kulit, seorang produsen membuatnya berdasarkan apa yang diperlukan/diminta oleh konsumen, bukan untuk keperluan pribadi, jadi produsen menilai barang berdasarkan nilai tukar.
-Nilai Tukar Subjektif, kesanggupan barang tersebut untuk dipertukarkan (mis. Ana sebagai konsumen mengatakan harga kemeja Rp.155.000, maka yang dimaksud adalah nilai tukar objektifnya. Tetapi bila si Ana adalah seorang produsen, maka dia melihatnya sebagai nilai tukar subjektif, karena ada faktor yang mempengaruhi, diantaranya:
- Biaya pembuatan dan biaya lain dari barang tersebut
- Persaingan dengan produsen kemeja lain
Di lain pihak, bila si Ana adalah seorang pedagang, maka ia akan menilai barang tersebut berdasarkan biaya yang akan dikeluarkan)
-Nilai Tukar Objektif, yaitu kemampuan yang dimiliki benda karena benda tersebut dapat ditukar dengan benda lain, nilai tukar objektif ditentukan oleh adanya hubungan tukar-menukar (mis. dalam membuat suatu barang misalnya sepatu kulit, seorang produsen membuatnya berdasarkan apa yang diperlukan/diminta oleh konsumen, bukan untuk keperluan pribadi, jadi produsen menilai barang berdasarkan nilai tukar.
-Nilai Tukar Subjektif, kesanggupan barang tersebut untuk dipertukarkan (mis. Ana sebagai konsumen mengatakan harga kemeja Rp.155.000, maka yang dimaksud adalah nilai tukar objektifnya. Tetapi bila si Ana adalah seorang produsen, maka dia melihatnya sebagai nilai tukar subjektif, karena ada faktor yang mempengaruhi, diantaranya:
- Biaya pembuatan dan biaya lain dari barang tersebut
- Persaingan dengan produsen kemeja lain
Di lain pihak, bila si Ana adalah seorang pedagang, maka ia akan menilai barang tersebut berdasarkan biaya yang akan dikeluarkan)
Teori Nilai
- Teori Nilai Biaya (Adam Smith). Teori ini menekankan besarnya nilai suatu benda ditentukan oleh jumlah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi barang/jasa tersebut.
- Teori Nilai Biaya Produksi Tenaga Kerja (David Ricardo). Teori ini lebih menekankan bahwa besarnya nilai suatu barang sangat ditentukan oleh besarnya upah tenaga kerja untuk memproduksi barang tersebut.
- Teori Nilai Tenaga Kerja Masyarakat (Karl Marx). Menurut teori ini nilai suatu barang ditentukan oleh besarnya biaya rata-rata upah tenaga kerja masyarakat.
- Teori Nilai Biaya Reproduksi (Carey). Menurut teori ini nilai suatu barang berdasarkan biaya yang dikeluarkan bila barang tersebut diproduksi kembali.
- Teori Nilai Pasar (Humme dan Lock). Berdasarkan teori ini besar kecilnya nilai suatu barang sangat dipengaruhi oleh terbentuknya harga pasar.
C. Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen : perilaku/tindakan yang dilakukan oleh konsumen terhadap produk yang dihasilkan oleh perusahaan.
Perilaku konsumen dapat dilakukan melalui 2 pendekatan, yaitu :
-Pendekatan Kardinal, menurut pendekatan kardinal kepuasan seorang konsumen diukur dengan satuan kepuasan (mis. uang). Setiap tambahan satu unit barang yang dikonsumsi akan menambah kepuasan yang diperoleh konsumen tersebut dalam jumlah tertentu. Semakin besar jumlah barang yang dapat dikonsumsi maka semakin tinggi tingkat kepuasannya.
Konsumen yang rasional akan berusaha untuk memaksimalkan kepuasannya pada tingkat pendapatan yang dimilikinya. Besarnya nilai kepuasan akan sangat bergantung pada individu (konsumen) yang bersangkutan. Konsumen dapat mencapai kondisi equilibrium atau mencapai kepuasan yang maksimum apabila dalam membelanjakan pendapatannya mencapai kepuasan yang sama pada berbagai barang. Tingkat kepuasan konsumen terdiri dari 4 konsep atau 4 teori nilai guna, yaitu :
Konsumen yang rasional akan berusaha untuk memaksimalkan kepuasannya pada tingkat pendapatan yang dimilikinya. Besarnya nilai kepuasan akan sangat bergantung pada individu (konsumen) yang bersangkutan. Konsumen dapat mencapai kondisi equilibrium atau mencapai kepuasan yang maksimum apabila dalam membelanjakan pendapatannya mencapai kepuasan yang sama pada berbagai barang. Tingkat kepuasan konsumen terdiri dari 4 konsep atau 4 teori nilai guna, yaitu :
-Nilai Guna Total (Total Utility), yaitu kepuasan total adalah kepuasan menyeluruh yang diterima oleh individu dari mengkonsumsi sejumlah barang atau jasa.
-Nilai Guna Marginal (Marginal Utility), yaitu pertambahan kepuasan yang dinikmati dari setiap tambahan barang/jasa yang dikonsumsi.
-Nilai Guna Total dan Marginal yang Semakin Menurun, konsumen berusaha menikmati barang/jasa yang dimilikki sepuas-puasnya. Setelah kepuasan dari mengkonsumsi suatu barang/jada berlangsung sampai titik tertentu terus-menerus, akhirnya kepuasan itu akan sampai pada tingkat kejenuhan tertentu. Setelah tingkat ini, kepuasan akan menurun.
-Nilai Guna yang Sama, yaitu apabila barang yang dikonsumsi seorang konsumen sama besarnya, nilai guna maksimal akan dicapai pada saat besarnya nilai guna marginal dari setiap barang yang dikonsumsi adalah sama.
Keterangan :
-Kurva nilai guna total(Total Utility) bermula di titik A, lalu naik ke titik B,C D, E, mendatar di titik E dan F, selanjutnya mulai menurun di titik G, H, I.
-Kurva nilai guna marginal(Marginal Utility) bermulai di titik A1, kemudian ke titik B1, C1, D1, E1, dan F1. Dari kurva Nilai guna total dan Nilai guna marginal terlihat bahwa setelah nilai guna naik sampai titik tertentu, nilai guna itu akan menurun, berdasarkan tabel dan grafik, dapat disimpulkan bahwa kepuasan mengkonsumsi suatu barang/jasa dilakukan terus-menerus mula-mula akan meningkat sampai akhirnya akan terjadi kejenuhan dan mulai menurun. Hukum Gossen I.
Asumsi dari pendekatan ini adalah sebagai berikut:
1.Konsumen rasional, artinya konsumen bertujuan memaksimalkan kepuasannya dengan
batasan pendapatannya.
2.Berlaku hukum Diminishing marginal utility, artinya yaitu besarnya kepuasan marginal akan selalu menurun dengan bertambahnya jumlah barang yang dikonsumsi secara terus menerus.
3.Pendapatan konsumen tetap (kendala dana) yang artinya untuk memenuhi kepuasan kebutuhan konsumen dituntut untuk mempunyai pekerjaan yang tetap supaya pendapatan mereka tetap jika salah satu barang di dalam pendekatan kardinal harganya melonjak.
4.Uang mempunyai nilai subyektif yang tetap yang artinya uang merupakan ukuran dari tingkat kepuasan di dalam pendekatan kardinal semakin banyak konsumen mempunyai uang maka semakin banyak mereka dapat memenuhi kebutuhan mereka sehingga kepuasannya tinggi, begitu juga sebaliknya.
5.Total utility adalah additive dan independent. Additive artinya kegunaan dari sekumpulan barang adalah fungsi dari kuantitas masing-masing barang yang dikonsumsi. Sedangkan independent berarti bahwa daya guna X1 tidak dipengaruhi oleh tindakan mengkonsumsi barang X2, X3, X4 …. Xn dan sebaliknya. Makin banyak barang yang dikonsumsi semakin puas.
-Pendekatan Ordinal, Mendasarkan pada asumsi bahwa kepuasan tidak bisa dikuantitatifkan dan antara satu konsumen dengan konsumen yang lain akan mempunyai tingkat kepuasan yang berbeda dalam mengkonsumsi barang dalam jumlah dan jenis yang sama. Oleh karena itu kemudian muncul pendekatan ordinary yang menunjukkan tingkat kepuasan mengkonsumsi barang dalam model kurva indifferent. Pendekatan ordinal berdasarkan pembandingan sesuatu barang dengan barang yang lain, lalu memberikan urutan dari hasil pembandingan tersebut.
Contoh : Dalam menilai suatu masakan dengan skala sangat enak, enak, lumayan, tidak enak, sangat tidak enak.
Dalam teori perilaku konsumen dengan pendekatan ordinal asumsi dasar seorang konsumen adalah :
-Nilai Guna yang Sama, yaitu apabila barang yang dikonsumsi seorang konsumen sama besarnya, nilai guna maksimal akan dicapai pada saat besarnya nilai guna marginal dari setiap barang yang dikonsumsi adalah sama.
Keterangan :
-Kurva nilai guna total(Total Utility) bermula di titik A, lalu naik ke titik B,C D, E, mendatar di titik E dan F, selanjutnya mulai menurun di titik G, H, I.
-Kurva nilai guna marginal(Marginal Utility) bermulai di titik A1, kemudian ke titik B1, C1, D1, E1, dan F1. Dari kurva Nilai guna total dan Nilai guna marginal terlihat bahwa setelah nilai guna naik sampai titik tertentu, nilai guna itu akan menurun, berdasarkan tabel dan grafik, dapat disimpulkan bahwa kepuasan mengkonsumsi suatu barang/jasa dilakukan terus-menerus mula-mula akan meningkat sampai akhirnya akan terjadi kejenuhan dan mulai menurun. Hukum Gossen I.
Asumsi dari pendekatan ini adalah sebagai berikut:
1.Konsumen rasional, artinya konsumen bertujuan memaksimalkan kepuasannya dengan
batasan pendapatannya.
2.Berlaku hukum Diminishing marginal utility, artinya yaitu besarnya kepuasan marginal akan selalu menurun dengan bertambahnya jumlah barang yang dikonsumsi secara terus menerus.
3.Pendapatan konsumen tetap (kendala dana) yang artinya untuk memenuhi kepuasan kebutuhan konsumen dituntut untuk mempunyai pekerjaan yang tetap supaya pendapatan mereka tetap jika salah satu barang di dalam pendekatan kardinal harganya melonjak.
4.Uang mempunyai nilai subyektif yang tetap yang artinya uang merupakan ukuran dari tingkat kepuasan di dalam pendekatan kardinal semakin banyak konsumen mempunyai uang maka semakin banyak mereka dapat memenuhi kebutuhan mereka sehingga kepuasannya tinggi, begitu juga sebaliknya.
5.Total utility adalah additive dan independent. Additive artinya kegunaan dari sekumpulan barang adalah fungsi dari kuantitas masing-masing barang yang dikonsumsi. Sedangkan independent berarti bahwa daya guna X1 tidak dipengaruhi oleh tindakan mengkonsumsi barang X2, X3, X4 …. Xn dan sebaliknya. Makin banyak barang yang dikonsumsi semakin puas.
-Pendekatan Ordinal, Mendasarkan pada asumsi bahwa kepuasan tidak bisa dikuantitatifkan dan antara satu konsumen dengan konsumen yang lain akan mempunyai tingkat kepuasan yang berbeda dalam mengkonsumsi barang dalam jumlah dan jenis yang sama. Oleh karena itu kemudian muncul pendekatan ordinary yang menunjukkan tingkat kepuasan mengkonsumsi barang dalam model kurva indifferent. Pendekatan ordinal berdasarkan pembandingan sesuatu barang dengan barang yang lain, lalu memberikan urutan dari hasil pembandingan tersebut.
Contoh : Dalam menilai suatu masakan dengan skala sangat enak, enak, lumayan, tidak enak, sangat tidak enak.
Dalam teori perilaku konsumen dengan pendekatan ordinal asumsi dasar seorang konsumen adalah :
- Konsumen rasional, mempunyai skala preferensi dan mampu merangking kebutuhan yang dimilikinya.
- Kepuasan konsumen dapat diurutkan, ordering
- Konsumen lebih menyukai yang lebih banyak dibandingkan lebih sedikit, artinya semakin banyak barang yang dikonsumsi menunjukkan semakin tingginya tingkat kepuasan yang dimilikinya.
- Konsumen tidak bisa mencapai titik kepuasan tertinggi karena dibatasi oleh anggaran yang terbatas.
Keterangan :
Semua titik yang tepat berada di garis anggaran misalnya titik D merupakan titik yang dipilih konsumen karena pada titik ini, pendapatan konsumen dihabiskan untuk membeli makanan dan pakaian, sehingga konsumen memperoleh kepuasan yang maksimal.
Pendekatan ordinal membutuhkan tolok ukur pembanding yang disebut dengan indeferent kurve. Kurva Indeferent adalah Kurva yang menghubungkan titik – titik kombinasi 2 macam barang yang ingin dikonsumsi oleh seorang individu pada tingkat kepuasan yang sama.
Keterangan :
Kurva indiferen ABCD merupakan kurva yang menunjukkan kombinasi pilihan konsumen yang memberikan nilai kepuasan sama. Baik titik A maupun B, C, atau D memberikan kepuasan yang sama kepada konsumen.
Kondisi keseimbangan konsumen dapat digambarkan dengan menggabungkan kurva indiferen dengan garis anggaran. Dengan cara ini terlihat salah satu kurva indiferen menyinggung garis anggaran. Saat persinggungan kurva indiferen inilah terjadi keseimbangan konsumen.
Keseimbangan konsumen ini terjadi saat nilai guna marginal pakaian dibagi dengan harga pakaian sama dengan nilai guna marginal makanan dibagi dengan harga makanan. Secara notasi dapat dinyatakan sebagai berikut.
D. Pola Konsumen
Pola Konsumen adalah susunan kebutuhan seseorang terhadap barang dan jasa yang akan dikonsumsi dalam jangku waktu tertentu yang dipenuhi dari pendapatan.
Faktor-Faktor Penyebab Perbedaan Pola Konsumsi :
*Faktor Internal :
-Tingkat pendidikan/pengetahuan
-Jenis pekerjaan
-Motivasi untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik
-Kepribadian
-Gaya hidup
*Faktor Eksternal :
-Kondisi tempat tinggal dan iklim
-Tingkat peradaban bangsa
-Kebiasaan dan kondisi sosial budaya masyarakat
-Tinggi rendahnya harga barang dan jasa
-Selera yang sedang berkembang di masyarakat
-Kemajuan IPTEK
E. Teori Perilaku Konsumen
1. Engel "Semakin kecil pendapatan, semakin besar bagian pendapatan itu ditujukan untuk konsumsi. Dan sebaliknya, semakin besar pendapatan, semakin besar bagian pendapatan itu ditujukan untuk tabungan"
2. J.M Keynes "Konsumsi adalah bagian dari pendapatan yang dibelanjakan untuk membeli barang/jasa untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sedangkan Tabungan adalah bagian pendapatn yang disimpan atau tidak dibelanjakan" Jadi dapat dirumuskan :
Menurut J.M Keynes, dari rumus itu :
a.) Jika pendapatan bertambah maka konsumsi akan bertambah dimana (delta)C<(delta)Y
b.) Pertambahan pendapatan akan digunakan untuk menambah konsumsi dan tabungan
c.) Pertambahan pendapatan jarang mengakibatkanpenurunan konsumsi.
3. H.H Gossen
Hukum Gossen I "Jika jumlah suatu barang yang dikonsumsi dalam jangka waktu tertentu terus ditambah, maka kepuasan total yang diperoleh juga bertambah. Akan tetapi kepuasan marginal akan semakin berkurang. Bahkan bila dikonsumsi terus dilakukan, pada akhirnya tambahan kepuasan yang diperoleh akan menjadi negatif dan kepuasan total menjadi berkurang"
Hukum tersebut di atas menyatakan pemuasan kebutuhan secara vertikal yaitu pemuasan satu macam kebutuhan yang dilakukan secara terus-menerus, sehingga kenikmatannya semakin lama semakin berkurang dan akhirnya dicapai titik kepuasan.
Hukum Gossen II "Seorang konsumen akan membagi-bagi pengeluaran uangnya untuk membeli berbagai macam barang sedemikian rupa hingga kebutuhan-kebutuhannya terpenuhi secara seimbang"
Dengan sumber dana terbatas, konsumen harus mencari kombinasi unit dari berbagai jenis barang, agar semua kebutuhannya bisa terpenuhi dan kepuasan maksimal bisa tercapai.
II. PRODUKSI
A. Pengertian dan Tujuan Produksi
Produksi adalah setiap kegiatan atau usaha manusia untuk menghasilkan atau menambah guna barang dan jasa.
Tujuan Produksi :
-Memenuhi kebutuhan manusia
-Mencari keuntungan atau laba
-Menjaga kelangsungan hidup perusahaan
-Meningkatkan mutu dan jumlah produksi
-Mengganti barang-barang yang aus dan rusak karena dipakai atau karena bencana alam.
B. Faktor-Faktor Produksi
Untuk memproduksi barang/jasa diperlukan faktor produksi. Faktor produksi adalah semua unsur yang menopang usaha penciptaan nilai/produksi barang/jasa. Faktor-Faktor Produksi tersebut adalah:
1. Faktor Produksi Alam, yaitu faktor produksi yang disediakan oleh alam, meliputi tanah, kekayaan hutan, kekayaan laut, air, iklim, dll.2. Faktor Produksi Tenaga Kerja. Berdasarkan kemampuan, faktor produksi tenaga kerja dibagi menjadi :
-Tenaga Kerja Terdidik (Skilled Labour), yaitu tenaga kerja yang memerlukan pendidikan khusus dan teratur (mis. dokter, dosen, akuntan, dll)
-Tenaga Kerja Terlatih (Trained Labour), yaitu tenaga kerha yang memerlukan latihan-latihan dan pengalaman (mis. sopir, koki, montir, penjahit, dll)
-Tenaga Kerja Tidak Terdidik dan Tidak Terlatih (Unskilled and Untrained Labour), yaitu tenaga kerja yang tidak memerlukan pendidikan dan latihan (mis. kuli, pemulung, dll)
3. Faktor Produksi Modal, semua hasil produksi berupa benda yang diciptakan untuk menghasilkan barang atau jasa yang lain (mis. mesin-mesin, cangkul, bahan baku, uang, dll)
4. Faktor Produksi Skill, yaitu kemampuan yang dimilikki seseorang untuk mengorganisasi/mengatur dan mengombinasi faktor produksi alam, tenaga kerja, dan modal.
-Keahlian Manajerial (Managerial Skill), yaitu keahlian dalam mengelolala faktor-faktor produksi dengan menggunakan cara-cara yang tepat sehingga diperolah hasil maksimal.
-Keahlian Teknologi (Technological Skill), yaitu keahlian khusus yang bersifat tekhnik yang bisa digunakan demi keberhasilan produksi.
-Keahlian Organisasi (Organizational Skill), yaitu keahlian mengatur berbagai kegiatan perusahaan yang bersifat intern maupun ekstern.
-Yang Termasuk Faktor Produksi Asli : Faktor Produksi Alam dan Faktor Produksi Tenaga Kerja.
-Yang Termasuk Faktor Produksi Turunan : Faktor Produksi Modan dan Faktor Produksi Skill.
C. Bidang-Bidang Produksi
1. Bidang Ekstraktif, yaitu produksi yang memungut langsung hasil yang disediakan alam tanpa melakukan pengolahan lebih lanjut (mis. pertambangan, gali pasir, dll)
2. Bidang Agraris, yaitu produksi yang mengolah alam untuk memelihara tanaman dan hewan (mis. pertanian, perkebunan, peternakan, dll)
3. Bidang Industri, yaitu produksi yang mengolah :
-Bahan Mentah Menjadi Barang Jadi (mis. kedelai diolah menjadi susu kedelai)
-Bahan Mentah Menjadi Barang Setengah Jadi (mis. kapas diolah menjadi benang pintalan)
-Bahan Setengah Jadi Menjadi Barang Setengah Jadi (mis. benang pintalan diolah menjadi kain)
-Bahan Setengah Jadi Menjadi Barang Jadi (mis. kain diolah menjadi baju)
4. Bidang Perdagangan, yaitu produksi yang mengumpulkan dan menjual kembali hasil produksi kepada yang memerlukan untuk memperoleh keuntungan (mis. toko, supermarket, kios, dll)
5. Bidang Jasa, yaitu produksi yang membantu dan memperlancar proses produksi tanpa ikut membuat barang itu sendiri. Jadi, bidang ini tidak menghasilkan barang melainkan hanya menghasilkan jasa. (mis. perbankan, akuntan, asuransi, dll)
D. Tingkatan Produksi
1. Produksi Primer, yaitu produksi yang menghasilkan bahan-bahan dasar yang bisa langsung dikonsumsi atau yang akan digunakan dalam proses produksi selanjutnya. Yang termasuk dalam bidang produksi ini adalah bidang Ekstraktif dan Agraris.2. Produksi Sekunder, yaitu produksi yang mengolah bahan-bahan dasar yang dihasilkan oleh tingkat produksi primer. Yang termasuk dalam bdaing produksi ini adalah bidang Industri.
3. Produksi Tersier, yaitu produksi yang memperlancar proses produksi dan menyalurkan hasil produksi. Yang termasuk dalam bidang produksi ini adalah bidang Perdagangan dan Jasa.
E. Perluasan Produksi
Perluasan Produksi adalah usaha untuk meningkatkan atau menambah kuantitas (jumlah) dan kualitas (mutu) barang dan jasa yang dihasilkan.Cara-Cara Perluasan Produksi Meliputi :
a.) Ekstensifikasi, yaitu perluasan produksi dengan cara menambah faktor produksi.
b.) Intensifikasi, yaitu perluasan produksi dengan cara memperbesar kemampuan produksi dari faktor produksi yang sudah ada, tanpa menambah jumlah faktor produksi.
c.) Diversifikasi, yaitu perluasan produksi dengan cara menambah jenis produksi (mis. yang semula hanya memproduksi tas, menjadi memproduksi tas dan sepatu)
d.) Normalisasi, yaitu perluasan produksi dengan cara menambah kergaman dari satu jenis produksi (mis. yang semula hanya memproduksi tas, menjadi memproduksi tas dan sepatu, namun ditambah lagi modelnya, misalnya untuk sepatu ada sepatu flat, highheels,wedges, dll, sedangkan untuk tas, ada tas jinjing, tas punggung, tas koper, dll)
e.) Spesialisasi, yaitu perluasan produksi dengan cara mengadakan pembagian kerja.
f.) Mekanisasi, yaitu perluasan produksi dengan cara menggunakan menggunakan mesin-mesin yang menghemat waktu dan tenaga, sehingga hasil produksi lebih meningkat, baik dari segi kuantitas maupun kualitas.
g.) Memberikan fasilitas dan kemudahan, yaitu perluasan produksi yang dilakukan pemerintah sebagai suatu kebijakan umum (mis. pemberian kredit bagi usaha kecil dan menengah, deregulasi/penyederhanaan peraturan, debirokrasi/penyederhanaan mekanisme perizinan, mengadakan kursus-kursus peningkatan ketrampilan kerja, dll)
F. Etika Produsen
1. Memperhatikan kelestarian lingkungan hidup2. Memperhatikan perundang-undangan yang berlaku
3. Tidak mengeksploitasi SDA secar berlebihan.
G. Perilaku Produsen
Perilaku Produsen : Suatu gambaran bagaimana produsen berperilaku dalam memproduksi barang/jasa.
Dalam menyelidiki perilaku produsen digunakan model produksi dengan satu faktor produksi variabel. Produksi dengan Satu Faktor Variabel adalah pengertian analisis jangka pendek, di mana ada faktor produksi yang tidak dapat diubah (mis. barang modal dan tenaga kerja). Hubungan matematis penggunaan faktor produksi yang menghasilkan produksi maksimum disebut Fungsi Produksi, seperti di bawah ini :
Salah satu teori produksi "Hukum Tambahan Hasil yang Semakin Berkurang (Law of Deminishing Return)" oleh David Ricardo dalam bukunya "Principles of Political Economic and Taxation"
Hukum di atas berbunyi : "Kalau ada (paling sedikit) satu input yang tetap (misalnya, tanah atau modal) dikombinasikan dengan satu input variabel (misalnya tenaga kerja) yang setiap kali ditambah satu unit, maka output akan ikut bertambah juga, mula-mula dengan tingkat pertambahan yang lebih dari proporsional (Increasing Returns), tetapi mulai waktu tertentu tambahan hasil (produk marginal) akan menjadi kurang dari proporsional (Deminishing Return)". Perhatikanlah tabel berikut ini :
Keterangan :
-Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa produksi total (TP) pada awalnya meningkat dan mencapai maksimum pada saat tenaga kerja mencapai 6 orang. Namun setelah penambahan tenaga kerja selanjutnya justru menurunkan produksi total.
-Apabila (delta)L adalah pertambahan tenaga kerja, (delta)TP adalah pertambahan produksi total maka produksi marginal (MP) dapat dihitung dengan persamaan berikut :
Thank's Infonya Bray .. !!!
www.bisnistiket.co.id
thanks ya... :)
Rebat FBS TERBESAR – Dapatkan pengembalian rebat atau komisi
hingga 70% dari setiap transaksi yang anda lakukan baik loss maupun
profit,bergabung sekarang juga dengan kami
trading forex fbsasian.com
-----------------
Kelebihan Broker Forex FBS
1. FBS MEMBERIKAN BONUS DEPOSIT HINGGA 100% SETIAP DEPOSIT ANDA
2. FBS MEMBERIKAN BONUS 5 USD HADIAH PEMBUKAAN AKUN
3. SPREAD FBS 0 UNTUK AKUN ZERO SPREAD
4. GARANSI KEHILANGAN DANA DEPOSIT HINGGA 100%
5. DEPOSIT DAN PENARIKAN DANA MELALUI BANL LOKAL
Indonesia dan banyak lagi yang lainya
Buka akun anda di fbsasian.com
-----------------
Jika membutuhkan bantuan hubungi kami melalui :
Tlp : 085364558922
BBM : fbs2009
Posting Komentar